Bandar Lampung~R-D-T–News~Dalam suasana yang sarat akan dinamika kehidupan, seorang pendidik sekaligus pemerhati sosial, Apod S.Pd, menyampaikan renungan mendalam tentang makna hidup dan pentingnya refleksi diri dalam menghadapi musibah. Lewat ungkapan khas Jawa yang sarat filosofi, ia mengajak masyarakat untuk kembali merenungi hakikat keberadaan kita di dunia ini.
“Urep iki mung mampir ngombe,” tutur Apod dengan tenang namun penuh makna. Pepatah Jawa ini berarti “hidup ini hanya mampir minum” – satu pengingat bahwa hidup sejatinya singkat, dan kematian bisa datang kapan saja dengan cara yang tak terduga.
Menurut Apod, musibah sejatinya bukan hanya ujian, melainkan juga isyarat bagi manusia untuk merenung dan memperbaiki diri. “Dengan renungan ini, kita pun sadar bahwa kesempatan hidup yang Tuhan berikan kepada kita harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita harus berbuat baik kepada sesama, karena kita tidak pernah tahu kapan waktu kita akan habis,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa hidup bukan soal panjang atau pendek usia, tetapi bagaimana seseorang mengisi waktu yang singkat itu dengan nilai-nilai kebaikan. Menurutnya, terlalu banyak manusia yang terjebak dalam rutinitas duniawi, lupa bahwa setiap detik adalah peluang untuk menanam amal dan menebar manfaat.
“Kadang musibah datang agar kita berhenti sejenak, bukan hanya untuk bersedih, tapi untuk berbenah. Untuk menyadari bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengejar dunia: yaitu menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal,” jelasnya.
Dalam refleksinya, Apod juga mengingatkan pentingnya saling tolong-menolong, saling memaafkan, dan menjaga silaturahmi sebagai bagian dari bentuk ibadah sosial. “Kita tidak hidup sendiri. Kebahagiaan dan keselamatan kita sangat erat dengan kebaikan yang kita sebarkan kepada orang lain,” tambahnya.
Opini religius yang disampaikan Apod ini menjadi pengingat yang kuat bahwa kehidupan ini adalah titipan. Ia mengajak semua kalangan, terutama generasi muda, untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan.
“Selagi masih diberi napas, berbuat baiklah. Jangan tunggu musibah datang baru kita ingat untuk bersujud. Jadikan setiap pagi sebagai awal kebaikan dan setiap malam sebagai evaluasi diri,” tutupnya.
Opini ini bukan hanya menyentuh sisi spiritual, tetapi juga mengedukasi tentang pentingnya hidup yang bermakna. Sebuah renungan yang mengajak kita untuk tidak hanya hidup, tapi menghidupi kehidupan dengan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan.